Sunday, July 19, 2015

Mari Berbicara Seputar Tuhan


Perhatikan gambar di atas baik-baik.

Dua hari lalu saya mengambil gambar ini di internet, dan memposting foto tersebut sebagai pertanda ucapan selamat hari raya Idul Fitri bagi teman-teman Path (social media) saya. Alasannya, saya pikir gambar ini keren luar biasa dan bahwa sosok Yesus sangat keren dengan sikap toleransi-Nya (meski secara historis tidak terbukti itu adalah wajah Yesus, saya mengakui itu sudah menjadi lambang universal wajah sang mesias). Dengan dasar pemikiran bahwa dalam foto tersebut Tuhan Yesus sedang memberi contoh toleransi antara sesama umat manusia, saya posting foto ini dan ternyata langsung mendapat protes keras dari dua orang kristen di path saya.

Sebelum saya lanjutkan saya akan jelaskan, saya menulis ini bukan karena keras kepala dengan argumen saya, tetapi karena saya begitu terganggu dengan isi protes dari teman kristen saya yang luar biasa sempit, kemudian dibaca yang lainnya (dibaca begitu saja awalnya, mungkin tidak dipikir negatif). Meski hanya dua orang yang menyatakan protes, tapi saya menganggap ini penting karena terkait pola pikir ekstrim dan yang selalu saya anggap berbahaya. Sebelumnya saya mohon maaf jika menulis isu sensitif bagi kaum tertentu namun ijinkan saya menyampaikan pendapat saya.

Saya tidak bisa dikatakan kristen murni. Tepatnya, saya akui saya kristen KTP dan jauh dari suci. Saya dilahirkan kristen, identitas saya kristen, kemudian setelah saya dewasa (lulus kuliah, mulai kerja dan tidak bergantung orang tua lagi) saya memutuskan bahwa saya tidak akan memeluk agama apapun dan hanya melandaskan kepercayaan saya kepada Tuhan semata tanpa ada tetek bengek organisasi bernama agama, yang bagi saya sangat rumit dan ketika saya peluk, maka membuat saya selalu merasa umat saya paling benar. Ini saya putuskan bukan karena trend, pengaruh lingkungan, atau rasa ingin berbeda. Saya sudah begini dari sebelum banyak orang socmed membahas atheis, agnostic, dll. Teman saya terdekat rata-rata orang beragama, keluarga saya malah termasuk taat (saya satu-satunya yang dari kecil tidak bersedia ikut sunday school di gereja hingga orang tua saya menyerah dan nilai agama saya di rapot enam). Ya, kepercayaan saya mirip Agnostic tapi saya bukan benar-benar Agnostic. Jika Agnostic masih merasa perlu pembuktian eksistensi Tuhan ("tuhan mungkin ada") maka saya yakin 100% bahwa Tuhan itu ada. Namun pandangan saya dan kaum Agnostic seputar "agama" persis sama, bahwa apa yang ada dalam agama (histori dan ajaran) belum terbukti absolut benar dan manusia punya hak mempertanyakan satu dan lain hal seputar hal tersebut. Bagaimanapun, sejarah bisa ditulis oleh satu kepentingan dimasanya. Seperti penulisan sebagian biografi (saya sungkan mengatakan semua biografi), ada fakta yang dilebih-lebihkan yang kemudian diyakini bersama bahwa itu mutlak bagi orang yang tidak menjadi saksi langsung. Mutlak karena disampaikan orang yang mengalami atau saksi, meski mungkin isinya mengalami distorsi atau sebagian tafsir pribadi. However, saya juga bisa salah. Bisa jadi isi kitab memang benar. Tapi itu lah saya, kepercayaan mutlak hanya saya arahkan kepada Tuhan, bukan agama.

Jika saudara-saudara kristen membaca terlebih dahulu statement bahwa saya tidak bisa dikatakan murni kristen, kemudian membaca protes terhadap posting saya kemarin, barangkali sebagian dari Anda akan semarah dua orang yang protes posting gambar saya (seperti di atas) tanpa ba-bi-bu. Tapi saya akan bersikeras mengatakan apa yang saya lakukan saat itu bukan tindakan penghinaan. Anda bisa anggap itu penghinaan terhadap kristen jika saya tidak dilahirkan kristen. Itu pun hanya berhenti hingga "anggapan" yang akan saya (usaha) buktikan salah.

Saya diprotes. Lalu saya tanya kepada yang protes, "bagaimana mungkin gambar yang menunjukkan toleransi seperti itu diartikan saya sedang menghina kristen? KTP saya hingga detik ini kristen loh (cuma itu opsi yang disediakan pemerintah dalam KTP sih). Apa yang Anda anggap penghinaan? Bahasa betawi yang digunakan? Saya pikir Tuhan pasti berbicara dengan banyak bahasa. Atau gaya slank menggunakan kata 'bro' seakan Tuhan anak punk jalanan? Padahal saya diajarkan bahwa pendekatan Tuhan kepada manusia bisa dengan berbagai cara. Apa yang salah dari gambar ini, terlepas dari entah apapun niat sebenarnya dari yang membuat gambar?"

"Anda smart dikit dong, mempermalukan kristen, mana ada Tuhan minta maaf kepada manusia!" Begitu kira-kira yang disampaikan bapak yang protes gambar tersebut. Dia kemudian menambahkan bahwa dia sering ke gereja dan bahwa saya boleh ketemu dia di sebuah gereja dalam mal di bilangan Jakarta Selatan untuk bahas penghinaan saya. Saya lucu, kalau saya sedang di Jakarta, seratus persen saya bakalan datang ketemu ini orang dan mempersilahkan dia dan sebagian orang di gerejanya menghakimi saya. Seru dramanya pasti. Tapi saya bukan di Jakarta.

Saya justru mau berbalik menuduh bahwa dia yang sedang mempermalukan kristen dengan marah-marah, seperti... mengatakan saya tidak pake otak bahkan bahwa saya perempuan jahanam di ruang umum depan teman-teman saya (baik kristen maupun tidak). Saya sama sekali tidak memaki loh. Jawaban saya berkali-kali cuma agar dia jangan berpikir sempit, FYI. ITU malah yang saya anggap mempermalukan kristen.

Kata yang bersangkutan "mana ada Tuhan meminta maaf kepada manusia!" membuat saya selintas berpikir Tuhan saya Tuhan yang arogan. Lalu kemudian saya berpikir, mungkin bukan arogan. Orang tersebut berusaha menegaskan bahwa Tuhan itu agung dan maha benar, maka tidak mungkin bersalah dan minta maaf. Positive thinking saya sih seperti itu. Sayangnya justru dengan anggapan Tuhan itu tidak mungkin meminta maaf kepada siapapun (dalam kasus di foto kondisinya lebaran), SAYA YANG SANGAT KESAL. Itulah mengapa menulis ini di blog menjadi sedemikian penting untuk saya. Saya sungguh terganggu dengan pemikiran sempit orang, yang tidak memberi celah bagi kemungkinan baik lain, sehingga image orang yang baik akan sesuatu justru bisa tercoreng akibat sikap kelewat baku dan ekstrim seperti itu.

Saya boleh tidak memeluk agama. Tapi saya menyayangi Tuhan saya melebihin apapun. Konsep yang ada di otak saya adalah Tuhan itu milik bersama, dia hanya ada satu, milik semuanya, sayang semuanya, terlepas dari agama apapun...namun agama yang membuat dia seolah menjadi lebih dari satu atau dipersepsikan eksklusif antara satu kepercayaan dengan lainnya. Saya boleh tidak ke tempat ibadah, tetapi saya tidak pernah meragukan kasih Tuhan kepada saya. Saya boleh kerap mempertanyakan kebenaran isi kitab suci adalah suara Tuhan (atau buatan) tapi saya pantang mempertanyakan eksistensi Tuhan. Jadi ajaran yang saya ambil disana dan saya percaya benar adalah kasih dan kebaikan.

Bagaimana Anda meminta maaf kepada orang? Anda bersalah, maka Anda meminta maaf. Namun apakah hanya rasa bersalah yang membuat orang meminta maaf? Kalau Anda jawab "iya", maka itu akan menggambarkan karakter Anda. Meminta maaf karena mengakui perbuatan salah adalah sikap yang besar. Meminta maaf karena menghindari konflik, ingin menciptakan suasana hangat dan rasa ingin mengalah asal orang di hadapannya bahagia.......itu adalah sikap mulia. Itu terjadi justru karena orang itu memiliki rasa sayang yang besar. Itu adalah kasih.

Meminta maaf tanpa melakukan kesalahan adalah bentuk pengorbanan dari kasih yang tulus. Itu adalah bentuk dari rasa takut kehilangan yang sangat besar karena disana ada harga diri atau pembenaran diri yang dibuang. Bukan sekedar memiliki arti, "saya salah, ampuni saya" tetapi bisa jauh lebih dalam dari itu dengan makna, "saya sedemikian mengasihi dirimu oleh karenanya siap untuk berkorban karenamu". Sikap Tuhan yang digambarkan agama kristen sikap penuh pengorbanan toh?

Tuhan maha benar. Tuhan tidak mungkin bersalah. Tetapi.... Tuhan menyampaikan kasihnya tanpa pandang bulu. Tanpa pilih kasih. Karena Tuhan tidak saja eksklusif milik orang Kristen, Tuhan milik semua orang, hanya dikisahkan dengan versi berbeda dari mata agama masing-masing. Jadi ketika dalam sebuah gambar dia diisyaratkan tengah ikut merayakan hari raya berbagai orang, itulah kasih Tuhan yang saya tahu. Itulah cara dia merangkul umatnya. Bahwa dalam gambar tersebut dia memakai gaya bahasa tidak formil, adalah pertanda bahwa Tuhan hadir dalam berbagai jaman, berbagai budaya, berbagai situasi dan lingkungan. Ia ada di tengah orang yang memujanya atau bahkan mereka yang tengah lupa akan kehadirannya, bahkan ada di dekat saya yang jahanam sekalipun.


Saya tidak tahu apa yang ada di benak orang yang menciptakan gambar tersebut. Mungkin memang niat negatif, mungkin malah membuat image Tuhan menjadi mudah dicerna anak jaman sekarang atau sekedar menggambar tanpa maksud. Jika orang kristen meyakini itu sebagai wajah Yesus, maka ingatlah, di Islam, nabi Isa (Yesus) juga ada. Saya tidak memandang gambar tersebut sebagai hal nista, karena pertama kali melihat gambar tersebut benak saya justru langsung mengatakan "God is so cool! Kalo Tuhan saja bisa digambarkan toleran, maka saya anakNya seharusnya ikut mencontoh". Cerita akan berbeda jika yang saya posting gambar penghujatan, maka saya kurang ajar. Tapi gambar itu malah saya anggap menarik untuk wilayah Indonesia yang menganut bhineka tunggal ika.

Meski demikian, jika tulisan saya ini tetap dipandang sebagai bentuk penghinaan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. MAAPIN ANE YAH BRO! Bagaimanapun, saya tahu benar, dimanapun di dunia, masih banyak yang menganggap isu agama adalah isu sensitif. Tapi ini era yang semakin maju, banyak orang open minded. Seharusnya orang gini semakin banyak untuk mengurangi sikap ekstrim beragama. Capek banget kalo semua ngerasa paling benar soal Tuhan trus diungkapin dengan nyolot ke orang lain.

Katakan saya sesat, atau murtad sekalipun. Kepercayaan saya hanyalah Tuhan Yang Maha Esa dan jika kebenaran diklaim milik setiap agama di dunia ini, maka saya tidak perlu menjadi benar.

Tuhan memberkati Anda.



~dc~




PS: Please jangan komentar "agama tidak salah, penganutnya yang salah" setelah postingan ini. Saya gak perlu jelasin kenapa.

PS: Benar postingan ini memang curhatan gw soal para biggot, tapi bukan minta pembelaan kok. Nyindir ekstrimis iya. 😅