Friday, October 1, 2010

Parodi #Random

(Ketika Egosentrisme Mengawini Ruang Gelap Publik)



Siluet: "Apa #random-nya bercerita tentangku? Ia sedang menyindirku?"


....hening.....


Siluet: "Iya, ia pasti sedang menamparku dengan seluruh isi #random tajam-nya itu kan?"




Sosok nyata: (tersenyum sinis) "Tidak, ia hanya sedang membebaskan belenggu otaknya. Itu tentang sesuatu..."


Siluet: "Bukan, itu tentangku. Pasti. Mungkin. Ah, tidak.....pasti!"


Sosok nyata: "...kau dan pikiran paranoidmu..."


Siluet: "Aku tidak sedang berkhayal. #Random itu jelas ditujukan untuk menusuk diriku. Kisahnya persis. Nyata. Tentangku. Ia tahu. Ia pasti tahu."


....hening....




Sosok nyata: "Pernahkah kau berpikir, bahwa dunia mungkin tidak berputar dengan dirimu sebagai porosnya? Mungkin ia tidak sedang menulis tentangmu... Cobalah bersikap lebih tenang. Entah kenapa kau menuduh seluruh #random mereka dibuat untuk menyilet-mu. Betapa egosentrisnya dirimu."


....hening....


Siluet: (menggumam dalam diri sendiri) "Brengsek! Jelas ia sedang mengejek aku. Jelas ia tengah membuatku sebagai bulan-bulanan-nya."



....hening....


....lewat sehari....


....lewat dua hari....


....lewat seminggu....




Dan "siluet" pun menutup account-nya.







Note: tolong jangan tersinggung.. :p

Saturday, August 7, 2010

A Broken Heart Note




"Some day you'll cry for me like I cried for you... Some day you'll miss me like I missed you... Some day you'll need me like I needed you... Some day you'll love me but I won't love you..."

--by anonymous--

Thursday, July 22, 2010

NOL

---by desyc ---

Tik...tik...

Denting jarum jam berpadu dengan deru jantung
Pikiranku luruh, mulai tak sewaras semenit lalu

Aku melebur dalam kegelapan
Terdiam kaku ditemani senandung burung hantu
Tubuhku telanjang
dan syaraf tubuhku bergerak menghantam ketenanganku

Tik...tik...

Pukul 00:00

Senyum tercipta di sudut bibirku
Bola mataku bergerak liar, penuh percaya diri

Aku mulai membangun dirimu dengan unsur waktu
Melewati dimensi mimpimu
Membaca isi pikiranmu
Melihatmu, membacamu, menelanjangimu
Kau yang kemarin, saat ini, dan esok

Kuselami memori otakmu
Kubongkar misterimu
Kulahap rahasia hidupmu
Hanya dengan menyusuri kumpulan benang yang terbungkus kusut dalam alam tak sadarmu
Perlahan..... mengesap setiap jengkal di dalamnya
Lalu aku membawanya pulang melewati dimensi mimpimu
Rapi dan teratur

Kau tak tahu
Kau takkan pernah tahu
Pikirmu kau telah nyenyak terlelap

Tik....tik...

Lepas pukul 00:00

Kau retak...
Aku bergerak mundur
Menatapmu melebur dengan waktu
Lalu menghilang bagai abu yang tersantap semilir angin
Tak berbekas
Lenyap

Tik...tik...

Aku kembali tersenyum
Dan kecamuk pikiranku berhenti sejenak
Genggaman tanganku merenggang
Ada sejumput informasi berharga yang kudapat darimu
Yang juga kerap kurampas dari mereka
Satu per satu

Tik...tik...

Kulepas sihir itu...yang entah datang dari malaikat atau iblis-ku
Lalu bergulung di tempat tidurku
Letih, dengan sedikit sakit menggerogoti kepalaku
dan setetes darah mengalir dari hidungku

Meski begitu, aku menikmati hembusan nafas legaku

Itu 60 detik berharga dalam diriku
Tak perlu yang lain tahu...

Friday, July 16, 2010

My Own Sunset





Note : I love the beach sooooo muuucchhh....and i'm a sunset lover...(I sound romantic, i know - but i know you do too!) One day, I'll have my own sunset. *fingers crossed*

Friday, March 26, 2010

Kompilasi Fiksi Mini Terfavorit

---all by desyc---


Badut Bodoh


Prolog

Langit kelabu itu bergemuruh. Sedikit mendayu-dayu. Ia tengah menebar virus. Setetes demi setetes. Ingin menyapu bumi dengan sedu sedan. (23 Maret 2010)

Ia terhanyut. Di bawah sana.. menunggu embun menyapa ujung ilalang yang menguning. Dan ketika rintik menyentuh wajahnya, ia menengadah. (23 Maret 2010)

Ia bertanya pada langit dalam diamnya. Ia tertawa bersama langit tanpa bersuara. Lalu bersenandung bersama dawai alam... (23 Maret 2010)

Dan ketika sang penguasa langit mulai menjentikkan hujan atas dirinya, ia menari disana. Menari dengan indahnya. Tanpa bersandiwara. (23 Maret 2010)

Dialog

Badut bodoh: "Langit, hukum saja aku. Aku jatuh cinta pd tetes hujanmu" Langit: "Tunjukkan rupa sebenarmu. Tangis dibalik senyummu" (23 Maret 2010)

Badut bodoh kepada Langit: "Justru karena itu aku memuja sang hujan. Tetesnya melunturkan warna wajahku. Senyum palsuku disana..." (23 Maret 2010)

Epilog

Badut bodoh tersenyum polos. Ia tengah berkencan dengan pujaannya, sang hujan. Padahal ia tahu, selalu akan ada musim panas yang panjang baginya. (25 Maret 2010)



Kunang-kunang


Jahanam kau, kunang-kunang!!! Kau telanjangi isi pikiranku! Kau pengaruhi gerak tubuhku! Aku kau hakimi, kau gerogoti, kau rusak! (24 Maret 2010)

Kunang-kunang... Kunang-kunang dalam kepalaku... Suara desingmu membuat sakit kepalaku! Masakan kau suruh aku mati dengan caramu?!! (24 Maret 2010)

Lepas 00:00. Kunang-kunang melintas jauh. Lenyap dari kepalaku. Ah, sekali lagi aku tuan bagi pikiranku. Aku tak sudi cepat tertidur. (24 Maret 2010)


Episode Patah Hati


Langit pun retak seiring lenyapnya siluet dirimu, yang tersapu tetes hujan itu. Padahal, aku mengubur cinta kita di langit.(23 Agustus 2010)

Seharusnya ketika memandang ke langit, aku bisa menemukanmu lagi dan bercerita. Tapi nyatanya mati itu mati. Kau tak dimanapun.(23 Agustus 2010)

Dan aku mengutuk Ia atas kematian. Jika memang Ia menjadikanmu malaikat bagi bumi, tak perlu ia membunuhmu dengan derita. (23 Agustus 2010)

Jika saja tawa bersama itu tak musnah dilahap benci..jika saja genggaman tangan itu tak berganti isak hingga suara habis... (23 Agustus 2010)


.........................


Hati, hatiku sayang...jika sekali lagi kau retak, maka aku akan mati. (23 Agustus 2010)




Note : Kadang kalau lagi nge-twit tiba2 gw suka terlintas sesuatu dan membuat fiksi mini...Nah, itu biasanya kalo gw lagi inget sesuatu yang serius bagi gw, tapi kalo gak dibuat model sastra ntar gw disangka ababil.Haha.. ;p Yang di atas ini beberapa contohnya. Akan gw buat lebih banyak lagi selanjutnya. :D

Sunday, March 21, 2010

Heartbreak Warfare

-- by John Mayer --


Lightning strikes
Inside, my chest to keep me up at night
Dream of ways
To make you understand my pain

Clouds of sulfur in the air
Bombs are falling everywhere
It's heartbreak warfare
Once you want it to begin,
No one really ever wins
In heartbreak warfare

If you want more love,
why don't you say so?
If you want more love,
why don't you say so?

Drop his name
Push it in and twist the knife again
Watch my face
As I pretend to feel no pain

Clouds of sulfur in the air
Bombs are falling everywhere
It's heartbreak warfare
Once you want it to begin,
No one really ever wins
In heartbreak warfare.

If you want more love,
why don't you say so?
If you want more love,
why don't you say so?

Just say so...

How come the only way to know how high you get me
is to see how far I fall
God only knows how much I'd love you if you let me
but I can't break through at all.

It's a heartbreak...

I don't care if we don't sleep at all tonight
Let's just fix this whole thing now
I swear to God we're gonna get it right
If you lay your weapon down
Red wine and ambien
You're talking **** again, it's heartbreak warfare
Good to know it's all a game
Disappointment has a name, it's heartbreak, heartbreak.

It's heartbreak warfare.
It's heartbreak warfare.



Note : I always love good songs+lyrics. And i'm liking this one now. I'd like to dedicate this for some special people out there. :)

Wednesday, March 10, 2010

Wanita Itu Dan Hidupnya

- by Desyc -



Juni, 2006

Secangkir kopi panas mengepul menemani soreku disana. Aku terpekur ditempatku duduk, di sebuah sofa usang berwarna kecoklatan, yang juga telah memudar warnanya. Tidak ada kehangatan. Tidak pula cuaca yang bersahabat atau senja yang indah menjelang petang. Bahkan hujan rintik-rintik kokoh menghantam bumi sedari siang. Dan langit kelabu itu...masih terlihat begitu muramnya. Setidaknya itu menjadi panorama khusus bagi dirinya. Wanita itu…

Hampir dua jam ia duduk di ujung ruangan, menatap ke luar jendela dengan pandangan gelap dan sendu… Entah meresapi cuaca yang terasa lembab, merenungi rintikan hujan dan aktivitas sedikit orang yang lalu lalang di luar, atau juga menatap kosong langit yang semuram wajahnya. Yang jelas aku menemaninya disana dengan durasi waktu yang hampir sama. Hanya saja… aku menatapnya dari jauh... aku menatapnya dalam diamku.

Wanita itu benar-benar istimewa. Ia seperti patung ukiran atau juga lukisan mahakarya. Tubuhnya tidak terlampau tinggi namun dengan bentuk elegan yang sesuai. Kulitnya putih terang dan indah hingga terlihat seolah transparan. Rambutnya yang ombak dan berwarna kecoklatan berkilau menjuntai melewati punggungnya… Dan wajahnya, terlihat bagaikan malaikat surgawi, meski sorot matanya memancarkan kepahitan mendalam, yang entah karena apa... Yang jelas, bagiku, cantik dan elegan hanya merupakan kata-kata klise untuk menggambarkannya. Ia indah… Wanita itu sempurna.

Kini kaca yang dipandang wanita itu sudah sangat berembun. Dan lagi-lagi ia mengusapnya lembut dengan jentik jari telunjuknya. Mengukir goresan-goresan aneh dan tidak terfokus disana. Aku berharap membaca tulisan-tulisan berarti, tetapi aku malah beralih menatap jari manisnya yang dilingkari cincin berlian manis dan anggun. Wanita itu sudah menikah, pikirku mendadak, atau setidaknya dugaan kesekianku tentang dirinya. Dengan usia yang terlihat sekitar 30 tahunan, wanita itu memang semestinya sudah menikah. Toh gerak-geriknya juga terlihat keibuan dan dewasa, sekalipun penampilannya menunjukkan sisi modernisasi.

Seakan teringat sesuatu, mendadak wanita itu berpaling ke arah pergelangan tangan kirinya, menatap arloji mungil mewah di sana dengan kegusaran yang angun. Dan dengan gerakan perlahan ia beralih menatap jalanan di luar, seolah menanti sebuah sosok muncul dari ujung jalanan yang becek. Yang menarik, sorot mata kelamnya malah kemudian terlihat lega ketika ia tidak menemui sosok familiar siapapun disana. Ia seolah menghela nafas dan dalam waktu singkat kembali terlihat menekuni jendela berembunnya.

Aku meraih cangkirku dan menyeruput kopi pahitku yang sudah terasa tidak lagi panas akibat cuaca yang sangat dingin di sana. Wanita itu terlihat menarik dengan wajah letihnya... Gerakannya yang cenderung perlahan menunjukkan bahwa ia nyaris tidak berminat terhadap apapun saat itu. Mungkin juga tidak berminat pada hidupnya. entahlah... Namun aku tak lepas mengamatinya, bagai terhisap magnet sendu yang terpancar dari dirinya.

Kembali aku tenggelam dalam dugaan-dugaan tentang dirinya. Ia menunggu seseorang tapi berharap orang itu tidak datang? Aku tersenyum dengan ide yang tiba-tiba terlintas dalam benakku, mungkinkah ia ingin menunda sesuatu dari rencana pertemuannya saat ini? Rasa penasaran segera menggelitik otak kecilku. Seakan merasa diriku Hercule Poirot atau Sherlock Holmes, aku mencoba melakukan penyelidikan psikologis melalui tindak-tanduk wanita itu. Akupun berasumsi, ia mungkin akan menemui kerabat dekatnya yang kini sedang terlibat hubungan tidak nyaman dengan dirinya, atau seseorang yang membuatnya tenggelam dalam perasaan bersalah.

Affairkah?

Aku semakin menikmati berbagai pertanyaan yang kujawab sendiri. Dan aku mulai merasa terobsesi untuk lebih mengetahui lebih banyak tentang wanita itu.



……bersambung……

Beautiful Sorrow




"Perpisahan yang paling jauh bukanlah perpisahan hidup dan mati.... Tapi saat kau berada di hadapanku, kau tidak tahu sama sekali bahwa aku begitu mencintaimu..."


Note : Of course you know the girl in the picture is not me. =p I took it from my best friend, Mr.Google years ago. I really really really loooovvvvveeee this picture. Don't you just think it's a beautiful picture??? Oh, and i love the quote. I first heard it from a movie... wonderful words!

Silent Fortress

- by Alba -

Alone, he watched. In the dark as he was, he could do little else. Through the centuries he listened as the world went on without him. Empires rose and fell like the daily journey of Ra across Egypt's sky. The world he'd known died and a new one rose in it's place, different and terrible all at once. People came and went, nearing his resting place but never finding it.

And so he remained alone.

The walls he'd begun building for himself the day he was sealed into the Sennen Ring were built higher and higher with each passing millennium.

Then, five thousand years after being sealed into the Sennen Ring, he was free, and his walls were impenetrable. For the first little while after he'd... introduced... himself to his personal twerp-his hikari-he'd heard soft knocking at the walls, as his twerp tried to gain entry into the dark mind of his yami. Receiving no response, the knocking stopped and he was left alone again. His silent fortress was built to last.

One day, a few years after the knocks first stopped, they started again.

At first, he ignored them. But as the days passed, the knocking became more insistent and he was finally forced to acknowledge his other's presence by lowering his mental walls a bit.

//WHAT?//

Faint surprise at actually having received an answer before his other got his thoughts under control. /I want you to talk to me. Please?/

//Why?//

/I'm lonely./

//Go see the Pharaoh and his personal twerp. I'm sure they'll talk to you.//

/They don't trust me. They're never sure... well, they're never sure if it's me or you they're talking to./

The spirit laughed inwardly. //Baka Pharaoh if he can't tell the differences between us! You're nothing like me!//

/I know that, and you know that, but they can't see past our physical similarities. They look at me and see you./

//And you expect me to care?//

His other sighed. /I don't expect anything from you anymore. I just needed to hear a voice other than my own./

//Isn't there anyone else you can talk to other than the Ra-be-damned Pharaoh?//

/Anzu is too close to Yugi. Same with Honda. Jou likes me, but because Yugi, or rather YAMI, doesn't trust me, he keeps his distance. Malik's crazy-/

The spirit snorted. //He's probably the most sane one of all of you!//

/-Malik's crazy-/ his other repeated, /Otogi's too busy with his fangirls and Seto Kaiba is too wrapped up in himself. Who does that leave to talk to?/

//Make new friends then.//

Bitterness crept through the link. /Easier said than done when you don't exactly let me…/ his other's voice trailed off, realizing that he'd gone one step too far. /Yami, I'm sorry./

//So it's my fault you don't have friends?// He let a note of anger creep into his voice and felt his other tremble at the mere sound of it. He had the boy trained well.

/Not exactly. Yami, this is hard to explain.../

The spirit was silent for a moment before sighing and speaking again. //I have a name, yadonushi. When you call me Yami, I expect to see the Pharaoh behind me. And you know how I feel about him.//

Feeling of gentle laughter, almost ticklish when it touched his mind. /Well, what do you want to be called then?/

//Nakhti. That was my name before I was sealed into the Ring.//

His other allowed his pleasure to bleed down through their mental link. /Thank you for sharing that with me. But… why did your parents name you that?/

Wry smile, even though he knew his other couldn't see it. //I was the youngest child in my family, and the smallest. My five older brothers would pick on me, calling me "weakling" and saying I wasn't worthy of my name.//

/What did you do?/

//Learned how to fight, how to defend myself. When I was able to defeat my brothers in a fight, they left me alone, saying that I *was* worthy of my name after all. I was strong and not the little weakling they thought I was.//

/Is that why.../

//You're weak, Ryou, and that is why you're alone. Nobody likes a weakling. You have to prove to them that you are strong and worthy of their respect.//

/But I'm not you, Nakhti. Maybe I wasn't meant to be strong. Maybe I was meant to be exactly who I am./

The spirit considered this. //So you're… happy? Being weak?//

/It's who I am. If I have to change to fit in with how someone else *thinks* I should be, then they obviously never really liked me to begin with./

//Perhaps.//

His other's mental touch retreated for a moment before he returned. /I have to go. Dad's calling me for dinner. Nakhti, thank you for talking to me./ Then the boy was gone, leaving the spirit alone again with his thoughts. The walls went back up as he considered his other half's words.

And slowly, so slowly it was barely noticeable, a crack began to appear in the nearest wall.

*****

("Nakhti" means "strong" in Egyptian.)

/END



Note : Alba wrote this fic - clearly inspired by Kazuki Takahashi's "Yu-Gi-Oh". Basically, the story is about the duality of human / two paradoxical sides of a person (in this case, yami or nakhti and ryou). But she also made a very interesting point here... "what is built can be broken".
Somehow the quote reminds me of something. Someone. And I have a special message for this 'someone'.

"You don't build something that you DON'T WANNA build." :)

Tuesday, March 9, 2010

Kiamat

Ketika sebuah senyum menjadi senjata

Uluran tangan hanyalah jalan buntu

Dan tubuh hanya sebagai imbalan



Ketika cinta berubah menjadi kelakar

Atau tangis menjadi bualan usang

Dan impian menjadi dongeng klise bagimu



Ketika sumpah serapah adalah makananmu

Doa menjadi musuh abadimu

Dan dirimu menjadi Tuhanmu



Ketika...langit bukan lagi tempat untuk menengadah

Dan surga pun berjanji, untuk memberi mati sempurna kepadamu



Lalu isak dalam tidurmu...menjadi satu hal yang paling abadi bagimu



Maka berteriaklah meski suaramu tercekat

Berlarilah meski jalanmu tak berarah

Dan mulailah menghitung mundur





Karena... saat itulah ajal menghampiri jiwamu.







Note : I made this one in 2009.

Satu Yang Berakhir Dua

- Dua Yang Satu Part II : "Cinta Yang Musnah" -





(Pria)



Lama sudah tanpa pertemuan, juga penantian





(Wanita)



Dan pertemuan sakral itu pun berlabuh di hadapan





(Pria)



Kutemui kau dengan tawa



Setelah lama kebencianku tersangkar





(Wanita)



Kuhadapi kau dalam sandiwara



Meski belum pulih rasa muakku





……………………..





(Pria)



Berpura-pura dalam situasi lamakah kita?





(Wanita)



Dan sampai kapan aku mampu bertahan?





(Pria)



Sementara sendiri kusaksikan, racun itu mulai merasuki nadiku



- menjelajahi tubuhku - membuat tersendat aliran darahku



Hingga menutup puing-puing kenangan terbaik akanmu





(Wanita)



Ya… racun bernama benci itu juga telah menyentuh tulang ragaku



Perlahan, namun seluruh persendianku langsung merapuh



Membuatku teramat lunglai, dan segera tunduk akan kuasanya





—————————–





(Pria)



Aku pun mulai bernazar untuk kematianmu



Jika saja Dia Yang Maha Kuasa adalah sosok nyata



Biar saja telunjuk jari-Nya membinasakanmu



Dan hembusan nafas-Nya menghempaskanmu



- utuh ke sarang iblis terdalam





(Wanita)



Pun kubayar dengan setiap detik sisa hidupku



Jika saja aku dapat merasa nikmat atas sengsaramu



Menyaksikan langsung derita terberat dirimu



Mengganti setiap tetes air mataku dengan kucur darahmu



- walau hanya dalam sekejap





(Pria)



Tapi entah kenapa aku letih menghadapimu



Letih menghadapi siluet semu dirimu



Betapa dendam padamu akhirnya menyeret hancur diriku





(Wanita)



Dan betapa kebencian memilukan aku



Khayalan kosong belaka itu menyakitiku



Hingga akhirnya kuputuskan untuk berhenti menyiksa diri



Membunuh aku yang dulu





———————————





(Pria & Wanita)



Seiring musnahnya cinta…





(Pria)



Hilang sudah pelipur laraku





(Wanita)



Lenyap sudah asaku









(Pria & Wanita)



Entah siapa diantara kita yang dulu memulai



Entah siapa diantara kita…



yang menawarkan manisnya dunia Dua yang Satu itu









(Pria)



Tak lagi aku peduli





(Wanita)



Tak lagi aku mau tahu





———————————–





(Pria & Wanita)



Cukup sampai di sini



Satu yang dulu… biar saja berakhir menjadi Dua







(Pria)



Kini tinggalkan aku sendiri







(Wanita)



Kini biar aku sendiri …



Note : I made this one in 2007, special dedicated to MNG and DC - two fools.

Intro

Two days ago someone sent me a direct message via twitter. Someone told me to BLOG.

"It is necessary to write, if the days are not to slip emptily by. How else, indeed, to clap the net over the butterfly of the moment? For the moment passes, it is forgotten, the mood is gone, life itself is gone. That is where the writer scores over his fellows. He catches the changes of his mind on the hop" - this person said. Well said.

I actually had my blog before. But something happened and i stopped blogging. I stopped writing about my life. The blog was just full of bad stories - mostly - made me sad. But i love a social networking and microblogging service, 'twitter' lately. I love tweeting, and I've been enjoying my old habit - writing.

So world, that's why i'm here now. To blog. To share my thoughts and story of my life.

Oh, about "UNDISCOVERED"... Anais Nin said, "the role of a writer is not to say what we all can say, but what we are unable to say". I simply think that me and my words, are undiscovered.

Now, I'm excited.


Well world, welcome me again,



Desyc.